Rabu, 29 Juni 2011

RIWAYAT IBNU KATSIR

Nama Lengkap
Nama lengkap beliau adalah Abul Fida’, Imaduddin Ismail bin Umar bin Katsir al-Qurasyi al-Bushrawi ad-Dimasyqi, lebih dikenal dengan nama Ibnu Katsir. Beliau lahir pada tahun 701 H di sebuah desa yang menjadi bagian dari kota Bashra di negeri Syam. Pada usia 4 tahun, ayah beliau meninggal sehingga kemudian Ibnu Katsir diasuh oleh pamannya. Pada tahun 706 H, beliau pindah dan menetap di kota Damaskus.
Riwayat Pendidikan
Ibn Katsir tumbuh besar di kota Damaskus. 

Sabtu, 25 Juni 2011

RIWAYAT HIDUP AT THABARI

Ibnu Jarir at-Tabari adalah seorang ahli tafsir terkenal dan sejarawan terkemuka.[1] Nama lengkap at-Tabari adalah Abu Ja’far Muhammad Ibnu Ja’far Ibnu Yazid Ibnu Kas|ir.[2] Ibnu Ghalib at-Tabari (selanjutnya disebut dengan at-Tabari). Ia di lahirkan di Amul ibu kota T{abaristan,[3] kota ini merupakan salah satu propinsi di Persia dan terletak di sebelah utara gunung Alburz, selatan laut Qazwin.[4] Pada tahun 224/225H atau sekitar tahun 839-840.[5]ketidakpastian tahun kelahirannya disebabkan sistem penanggalan tradisional saat itu menggunakan kejadian-kejadian besar dan bukan dengan angka. Ia memperoleh gelar Abu Ja’far sebagai tanda penghormatan atas kepribadiannya yang sesuai dengan tradisi orang-orang yang menggelari para pemuka dan para pemimpin mereka. Sedangkan kata Ja’far merupakan sebutan bagi sungai yang besar dan luas.[6]

Penafsiran Mujâhid bin Jabr dalam Tafsîr Ibnu Katsir[1]

Kajian terhadap al-Qur’an dari berbagai segi, terutama segi penafsirannya selalu menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan sejak diturunkannya al-Qur’an hingga sekarang ini. Munculnya berbagai penafsiran atasnya dan karya-karya tafsir yang sarat dengan berbagai ragam metode maupun pendekatan, merupakan bukti bahwa upaya untuk menafsirkan al-Qur’an memang tidak pernah berhenti. Jika dicermati, produk-produk penafsiran al-Qur’an dari satu generasi kepada generasi berikutnya memiliki corak dan karakteristik yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain adalah adanya perbedaan situasi sosio-historis di mana seorang mufasir hidup. Bahkan, situasi politik yang melingkupi ketika mufasir melakukan kerja penafsiran juga sangat terlihat mewarnai produk-produk penafsirannya.[2]

Rabu, 22 Juni 2011

BIOGRAFI IBNU ABBAS


Feb 14th, 2010 | By ibnuthohir | Category: Siroh

`Abdullah bin `Abbas bin `Abdul Muththalib bin Hasyim lahir di Makkah tiga tahun sebelum hijrah. Ayahnya adalah `Abbas, paman Rasulullah, sedangkan ibunya bernama Lubabah binti Harits yang dijuluki Ummu Fadhl yaitu saudara dari Maimunah, istri Rasulullah. Beliau dikenal dengan nama Ibnu `Abbas. Selain itu, beliau juga disebut dengan panggilan Abul `Abbas. Dari beliau inilah berasal silsilah khalifah Dinasti `Abbasiyah.
Ibnu `Abbas adalah salah satu dari empat orang pemuda bernama `Abdullah yang mereka semua diberi titel Al-`Abadillah. Tiga rekan yang lain ialah ‘Abdullah bin `Umar (Ibnu `Umar), `Abdullah bin Zubair (Ibnu Zubair), dan `Abdullah bin Amr. Mereka termasuk diantara tiga puluh orang yang menghafal dan menguasai  Al-Qur’an pada saat penaklukkan Kota Makkah. Al-`Abadillah juga merupakan bagian dari lingkar `ulama yang dipercaya oleh kaum muslimin untuk memberi fatwa pada waktu itu.

Beliau senantiasa mengiringi Nabi. Beliau menyiapkan air untuk wudhu` Nabi. Ketika shalat, beliau berjama`ah bersama Nabi. Apabila Nabi melakukan perjalanan, beliau turut pergi bersama Nabi. Beliau juga kerap menhadiri majelis-majelis Nabi. Akibat interaksi yang sedemikian itulah, beliau banyak mengingat dan mengambil pelajaran dari setiap perkataan dan perbuatan Nabi. Dalam pada itu, Nabi pun mengajari dan mendo`akan beliau.
Pernah satu hari Rasul memanggil `Abdullah bin `Abbas yang sedang merangkak-rangkak di atas tanah, menepuk-nepuk bahunya dan mendoakannya, “Ya Allah, jadikanlah Ia seorang yang mendapat pemahaman mendalam mengenai agama Islam dan berilah kefahaman kepadanya di dalam ilmu tafsir.”
Ibnu `Abbas juga bercerita, “Suatu ketika Nabi hendak ber-wudhu, maka aku bersegera menyediakan air untuknya. Beliau gembira dengan apa yang telah aku lakukan itu. Sewaktu hendak memulai shalat, beliau memberi isyarat supaya aku bendiri di sebelahnya. Namun, aku berdiri di belakang beliau. Setelah selesai shalat, beliau menoleh ke arahku lalu berkata, ‘Hai `Abdullah, apa yang menghalangi engkau dari berada di sebelahku?’ Aku berkata, ‘Ya Rasulullah, engkau terlalu mulia dan terlalu agung pada pandangan mataku ini untuk aku berdiri bersebelahan denganmu.’ Kemudian Nabi mengangkat tangannya ke langit lalu berdoa, ‘Ya Allah, karuniakanlah ia hikmah dan kebijaksanaan dan berikanlah perkembangan ilmu daripadanya.’”
Usia Ibnu `Abbas baru menginjak 15 atau 16 tahun ketika Nabi wafat. Setelah itu, pengejarannya terhadap ilmu tidaklah usai. Beliau berusaha menemui sahabat-sahabat yang telah lama mengenal Nabi demi mempelajari apa-apa yang telah Nabi ajarkan kepada mereka semua. Tentang hal ini, Ibnu `Abbas bercerita bagaimana beliau gigih mencari hadits yang belum diketahuinya kepada seorang sahabat penghafal hadits:

Rabu, 01 Juni 2011

HUBUNGAN AKHLAQ DENGAN IMAN Dan TEMA POKOK RISALAH MUHAMMAD SAW


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan syukur pada Allah, kami diberi kekuatan lahir dan batin untuk menyelesaikan makalah tentang akhlaq.
Dalam kehidupan beragama saat ini, kita perlu mengkaji kembali mengenai dasar-dasar keimanan, keislaman. Apakah kita sudah berada pada posisi dan aturan yang benar. Atau bahkan mungkin kita belum tahu apa yang menjadi pokok dari keimanan dan keislaman kita.
Sehubungan dengan hal tersebut, banyak dari kalangan masyarakat yang memandang bahwasanya keimanan dan keislaman itu adalah satu kesatuan namun pengertian dari satu kesatuan yang saling mengisi tersebut kurang banyak yang memahami.
Memahami dari situasi tersebut, kami mencoba berumengurai apa dan bagaimana sebenarnya iman, Islam dan hubungannya dengan akhlaq.
Sebagai kalimat terakhir, kami sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Dosen Pengampu, yang telah memberikan kami tugas dan kesempatan untuk mendalami dan mempelajari tentang akhlaq, sehingga mau tidak mau akhirnya kami bertambah juga ilmunya. Walaupun masih sangat jauh dari kesempurnaan, kami minta maaf dan terima kasih atas bantuan dan kritikannya.

Penulis



DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................... i   
Daftar Isi............................................................................................................... ii
I.                   PENDAHULUAN.................................................................................... 1
II.                PEMBAHASAN....................................................................................... 2
A.                Hubungan Akhlaq Dengan Iman................................................... 2
1.                  Pengertian Iman Islam Dan Ihsan...................................... 2
2.                  Akhlaq Sebagai Manifestasi Iman..................................... 8
B.                 Tema Pokok Risalah Muhammad SAW ....................................... 14
1.                  Tujuan Risalah Muhammad SAW..................................... 14
2.                  Islam Sebagai Sistem Nilai Yang Sempurna S.................. 18
III.             PENUTUP................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA

HUKUM MLM DALAM PANDANGAN ISLAM

Ditengah kelesuan dan keterpurukan ekonomi nasional, datanglah sebuah sistem bisnis yang banyak menjanjikan dan keberhasilan serta menawarkan kekayaan dalam waktu singkat.Sistem ini kemudian dikenal dengan istilah Multi Level Marketing (MLM) atau Networking Marketing. Banyak orang yang bergabung kedalamnya, baik dari kalangan orang-orang awam ataupun dari kalangan penuntut ilmu, bahkan dari berita yang sampai kepada kami ada sebagian pondok pesantren yang mengembangkan sistem ini untuk pengembangan usaha pesantren.Pertanyaan yang kemudian muncul, apakah bisnis dengan model semacam ini diperbolehkan secara syar’i ataukah tidak ? Sebuah permasalahan yang tidak mudah untuk menjawabnya, karena ini adalah masalah aktual yang belum pernah disebutkan secara langsung dalam litelatur para ulama’ kita. Namun alhadulillah Allah telah menyempurnakan syari’at islam ini untuk bisa menjawab semua permasalahan yang akan terjadi sampai besok hari kiamat dengan berbagai nash dan kaedah-kaedah umum tentang masalah bisnis dan ekonomi. Oleh karena itu dengan memohon petunjuk pada Allah, semoga tatkala tangan ini menulis dan akal berfikir, semoga Allah mencurahkan cahaya kebenaran-Nya dan menjauhkan dari segala tipu daya syaithan. Wallahul Muwaffiq.
Kaedah Penting Bagi Pelaku Bisnis
Ada dua kaedah yang sangat penting untuk bisa memahami hampir seluruh permasalahan yang berhubungan dengan hukum islam, sebagaimana dikatakan Ibnul Qayyim Rahimahullah  “Pada dasarnya semua ibadah hukumnya haram kecuali kalau ada dalil yang memerintahkannya, sedangkan asal dari hukum transaksi dan mu’amalah adalah halal kecuali  kalau ada dalil yang melarangnya”. (Lihat I’lamul Muwaqi’in 1/344).
Dalil ibadah adalah sabda Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallam :
“Dari ‘Aisyah radhiallahu anha berkata : “Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mengamalkan  sesuatu yang tidak ada contohnya dari kami, maka akan tertolak “(HR. Muslim)