Rabu, 01 Juni 2011

HUBUNGAN AKHLAQ DENGAN IMAN Dan TEMA POKOK RISALAH MUHAMMAD SAW


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan syukur pada Allah, kami diberi kekuatan lahir dan batin untuk menyelesaikan makalah tentang akhlaq.
Dalam kehidupan beragama saat ini, kita perlu mengkaji kembali mengenai dasar-dasar keimanan, keislaman. Apakah kita sudah berada pada posisi dan aturan yang benar. Atau bahkan mungkin kita belum tahu apa yang menjadi pokok dari keimanan dan keislaman kita.
Sehubungan dengan hal tersebut, banyak dari kalangan masyarakat yang memandang bahwasanya keimanan dan keislaman itu adalah satu kesatuan namun pengertian dari satu kesatuan yang saling mengisi tersebut kurang banyak yang memahami.
Memahami dari situasi tersebut, kami mencoba berumengurai apa dan bagaimana sebenarnya iman, Islam dan hubungannya dengan akhlaq.
Sebagai kalimat terakhir, kami sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Dosen Pengampu, yang telah memberikan kami tugas dan kesempatan untuk mendalami dan mempelajari tentang akhlaq, sehingga mau tidak mau akhirnya kami bertambah juga ilmunya. Walaupun masih sangat jauh dari kesempurnaan, kami minta maaf dan terima kasih atas bantuan dan kritikannya.

Penulis



DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................... i   
Daftar Isi............................................................................................................... ii
I.                   PENDAHULUAN.................................................................................... 1
II.                PEMBAHASAN....................................................................................... 2
A.                Hubungan Akhlaq Dengan Iman................................................... 2
1.                  Pengertian Iman Islam Dan Ihsan...................................... 2
2.                  Akhlaq Sebagai Manifestasi Iman..................................... 8
B.                 Tema Pokok Risalah Muhammad SAW ....................................... 14
1.                  Tujuan Risalah Muhammad SAW..................................... 14
2.                  Islam Sebagai Sistem Nilai Yang Sempurna S.................. 18
III.             PENUTUP................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA

PENDAHULUAN

Dalam keseharian kita, kita sering dihadapkan dengan bahasa yang sekali lagi sangat sering kita dengar yaitu Iman, Islam dan tentunya juga akhlaq. Tetapi dari sebagian besar kita, banyak sekali yang belum faham dan mengerti betul apa itu iman, Islam, dan juga akhlaq. Lalu apa keterkaitan diantara ketiga hal tersebut.
Sebagai bahan dasar bahwasanya iman itu bisa jadi hanyalah percaya kepada 6 hal yaitu rukun 6. Sedangakan Islam itu terdiri dari 5 hal yaitu Rukun Islam. Lalu apakah hal itu berkaitan atau tidak dan apa pengertian masing-masing?
Kemudian pada pembahasan yang kedua yaitu tema pokok risalah nabi Muhammad SAW. Disitu kami mencoba memahami pendapat-pendapat yang ada mengenai apa saja yang menjadi tujuan dari ajaran agama Islam dan mengapa Islam dijadikan agama yang baik disisi Allah.
Namun sebagai suatu usaha belajar, tentunya kami juga mengalami adanya kesalahan-kesalahan dalam penulisan makalah ini . Mungkin dalam penalaran maupun dalam pengambilan kesimpulan.



HUBUNGAN AKHLAQ DENGAN IMAN

A.  PENGERTIAN IMAN ISLAM DAN IHSAN
Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abdulloh bin Umar diceritakan bahwa pernah datang seorang laki-laki kepada Rosululloh saw. yang orang tersebut adalah malaikat Jibril as. menanyakan tentang arti Iman, Islam, dan Ihsan, dan pengertian dari pada Iman, Islam, dan Ihsan dalam hadits tersebut adalah :
الايمان : ان تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الاخر وتؤمن
            بالقدر خيره وشره
الاسلام : ان تشهد ان لا اله الا الله وان محمدا رسول الله وتقيم الصلاة              وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت ان استطعت اليه سبيلا
الاحسان : ان تعبد الله كانك تراه فان لم تكن تراه فانه يراك                   
Iman : Engkau beriman kepada Alloh, Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rosul-rosul-Nya, dan Hari Akhir serta engkau beriman kepada Qodar (ketentuan tuhan) baik dan buruk.
Islam : Engkau menyaksikan bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Alloh dan Muhammad adalah Rosululloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, puasa Romadlon, dan engkau pergi haji ke Baitulloh jika engkau mampu pergi kesana.
Ihsan : Engkau menyembah Alloh seakan-seakan engkau melihat-Nya, tetapi jika engkau tidak melihat-Nya, yakinlah bahwa Dia selalu melihat engkau.
Jika dilihat lebih jauh tentang pengertian Iman, Islam, dan Ihsan, baik dilihat dari sudut etimologi maupun terminologi, dapat diperoleh beberapa penjelasan sebagai berikut :

1.      IMAN
kata iman (bahasa Arab) adalah bentuk masdar dari kata kerja (fi’il) :
امن – يؤمن - ايمنا
yang dalam bahasa indonesia kata iman biasanya diartikan dengan kepercayaan atau keyakinan.[1]
Kemudian iman menurut bahasa (etimologi) iman berarti pembenaran hati, sedangkan menurut istilah (terminologi) iman adalah :
تصديق بالقلب واقرار بالسان وعمل بالاركان
“Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan.”
Ini adalah pendapat Jumhur. Dan Imam Syafi’i meriwayatkan ijma’ para sahabat, tabi’in dan orang-orang sesudah mereka yang sezaman dengan beliau atas pengertiannya tersebut.
Dari pengertian diatas bisa dijelaskan bahwa :
“membenarkan dengan hati” maksudnya, menerima segala apa yang dibawa oleh Rosululloh saw.
“mengikrarkan dengan lisan” maksudnya, mengucapkan dua kalimah syahadah “ laa ilaha illalloh wa anna muhammadan rosululloh” (tiada sesembahan yang hak kecuali Alloh dan bahwa Muhammad adalah utusan Alloh).
“mengamalkan dengan anggota badan” maksudnya, hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan, sedang anggota badan mengamalkannya dalam bentuk ibadah-ibada sesuai dengan fungsinya[2]

2.      ISLAM
Dilihat dari asalnya katanya, Islam (bahasa Arab) adalah bentuk masdar dari kata kerja (fi’il) :
اسلم – يسلم - اسلاما
Yang artinya adalah patuh, tunduk, menyerahkan diri, dan selamat
Sedang menurut istilah (terminologi), Islam adalah agama yang mengajarkan agar manusia berserah diri dan tunduk sepenuhnya kepada Alloh. Yang dimaksud dengan tunduk atau berserah diri adalah mengerjakan perintah Alloh dan menjahui larangan-Nya.[3]
Didalam kitab Dairotu al-Ma’arif al-Islamiyah dia berkata :
الاسلام الخضوع والاستسلام
“Islam berarti tunduk dan menyerah atau penyerahan diri.”
Imam al-Nawawi didalam syarah Shohih Muslim mengatakan :
الاسلام وهو الاستسلام والانقياد الظاهر
“Islam berarti menyerahkan dan patuh yang dilihat secara lahir”[4]
Humaidi Tatapangarsa mengetakan bahwa kata Islam mempunyai beberapa arti, yaitu :
a.       Menyerahkan diri, yaitu menyerahkan diri pada kehendak tuhan, maka seorang muslim adalah orang yang telah menyerahkan dirinya kepada tuhan, tunduk kepada perintah-perintah dan larangan-larangan-Nya, atau kepada ketentuan apapun yang telah ditetapkan oleh-Nya.
b.      Damai, yaitu damai dengan sesama manusia, jadi Islam adalah agama yang membawa ajaran perdamaian bagi umat manusia.
c.       Selamat, yaitu selamat dunia akhirat, siapapun akan selamat sejahtera dunia dan akhirat apabila menganut agama Islam dan mentaati ajaran-ajara-Nya.[5]

Selain pengertian-pengertian tersebut adalagi pengertian Islam sebagaimana disebutkan dalam kitab Kamus al-Munjid dijelaskan :
الاسلام الانقيادلامر الامر ونهيه بلااعتراض
“Islam ialah tunduk atau taat kepada perintah orang yang memerintah (Alloh swt.) dan tunduk atau taat kepada larangan-Nya tanpa merasa keberatan”
Dan juga syeh Mjuhammad Amin al-Kurdi mengatakan :
الاسلام فهو الامتثال والانقياد لما جاء به النبي صلى الله عليه وسلم مما علم من الدين بالضرورة
“ Islam ialah menjunjung dan patuh terhadap segala apa yang dibawa oleh Nabi saw. Yakni agama Islam yang dapat diketahui dengan gampang.”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Islam itu ialah tunduk dan taat, yakni tunduk dan taat kepada perintah Alloh swt dan kepada larangan-Nya. Perintah dan larangan Alloh itu tertuang dalam ajaran Islam, oleh karena itu hanya mereka yang tunduk dan taat kepada ajaran Islam, yang akan mendapat keselamatan hidup, dunia dan akhirat.
Sebagai agama, Islam merupakan kepasrahan dan penyerahan diri secara total kepada Alloh swt. Ajaran agama Islam memerintahkan taat kepada perintah Alloh dan menjahui larangan-Nya.[6]

3.      IHSAN
Kata ihsan (bahasa Arab) bersal dari kata kerja (fi’il) :
احسن -  يحسن - احسانا
yang berarti berbuat baik, sedang menurut istilah (termiologi) adalah berbakti dan mengabdikan diri kepada Alloh swt. Dengan dilandasi kesadaran dan keikhlasan.
Berbakti kepada Alloh yakni berbuat sesuatu yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri, sesama manusia, maupun untuk makhluk lainnya. Semua perbuatan itu dilakukan semata-mata karena Alloh, seolah-olah orang yang melakukan perbuatan itu sedang berhadapan dengan Alloh.
Dalam sebuah hadits, Rosululloh menerangkan :
ان تعبد الله كانك تراه فان لم تكن تراه فانه يراك
“Bahwa engkau menyembah Alloh seolah-olh engkau melihat-Nya, tetapi jika engkau tidak melihat-Nya, dia pasti melihat engkau.”
Ihsan ada empat macam, yaitu :
a.       Ihsan terhadap Alloh, yakni mengerjakan segala perintah-Nya, dan menjahui segala larangan-Nya.
b.      Ihsan terhadap diri sendiri, yakni mengerjakan segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri dan menghindari semua perbuatan yang mendatangkankecelakaan atau kerugian kepada diri sendiri.
c.       Ihsan terhadap sesama manusia, yakni berbuat baik kepada saudara berdasar keturunan, saudara karena tetangga, kerabat ataupun seagama. Alloh berfirman dalam surat an-Nisa’ ayat 36 sebagai berikut :
*  ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) ÉÎ/ur 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuŠø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Í$pgø:$#ur ÏŒ 4n1öà)ø9$# Í$pgø:$#ur É=ãYàfø9$# É=Ïm$¢Á9$#ur É=/Zyfø9$$Î/ Èûøó$#ur È@Î6¡¡9$# $tBur ôMs3n=tB öNä3ãZ»yJ÷ƒr& 3 ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä `tB tb%Ÿ2 Zw$tFøƒèC #·qãsù ÇÌÏÈ  

 “... Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim,orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Alloh tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.”
d.      Ihsan terhadap makhluk lain(alam lingkungan), yakni berbuat baik atau memelihara alam lingkungan agara tetap lestari dan tidak punah.
Dari penjelasan Iman, Islam, dan Ihsan tersebut dapat diketahui hubungan dan perbedaan antara iman, Islam, dan ihsan
Hubungan angtara iman, Islam dan ihsan bagaikan segitiga sama sisi. Hubungan antara sis yang satu dan sisi yang lainnya sangat erat. Jadi, orang yang taqwa ibarat segitiga sama sisi, yang sisi-sisinya terdiri dari iman, Islam, dan ihsan. Segitiga tersebut tidak akan terbentuk jika ketiga sisinya tidak saling mengait.
Disamping adanya hubungan antara Iman, Islam, dan Ihsan juga terdapat perbedaan antara ketiganya sekaligus merupaka ciri masing-masing. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati. Islam merupakan sikap untuk berbuat atau beramal. Ihsan meupakan pernyataan dalam bentuk tindakan nyata. Ihsan ukuran tipis tebalnya Iman dan Islam seseorang.[7]
Jadi Ihsan dapat dikatakan sebagai puncak kesempurnaan dari Iman dan Islam. Orang yang telah sempurna keimanan dan keIslamannya akan mencapai suatu keadaan dimana ia dapat melakukan ibadah kepada Alloh seakan-akan melihat Alloh dan bila tidak dapat demikian, ia akan selalu merasa diawasi oleh Alloh.
Perasaan melihat Alloh atau dilihat/diawasi Alloh menyebabkan ibadah yang dilakukan seorang hamba dapat berlangsung dengan baik dan khusu’. Ibadahnya dapat memusat hanya pada satu titik, yaitu Alloh, hanyalah Alloh saja yang hadir dalam ingatannya, dalam ibadah ia merasa sedang datang menghadap dan bersimpuh dihadapan Alloh swt.[8]


B. Akhlaq Sebagai Manifestasi Iman
1.      Kedudukan Iman Dalam Islam
Seperti penjelasan sebelumnya bahwa ajaran Islam dapat dikelompokkan ke dalam tiga aspek  pokok yaitu iman, Islam dan ihsan. Dengan istilah lain tentang aqidah, fiqih dan akhlaq/tasawuf.
Kesemuanya mempunyai kedudukan yang tidak sama, aqidah mempunyai posisi pokok/dasar, sedang fiqih dan akhlaq mempunyai posisi cabang.
Syekh Mahmud Syaltut menjelaskan tentang kedudukan aqidah dan syari’ah: aqidah itu didalam posisinya menurut Islam adalah pokok yang kemudian diatasnya dibangun syari’ah. Sedangkan syari’ah itu sendiri adalah hasil yang dilahirkan oleh aqidah tersebut. Maka tidaklah akan terdapat syari’ah didalam Islam, melainkan karena adanya aqidah, sebagaimana syari’at tidak akan berkembang melainkan dibawah naungan aqidah, jelaslah bahwa syari’ah tanpa aqidah laksana gedung tanpa fondasi.9
Muhammad Al-Gazali mengatakan; apabila aqidah telah tumbuh pada jiwa yang mukmin, maka tertanamlah dalam jiwanya rasa bahwa hanya Allah sajalah yang paling berkuasa, segala maujud yang ada ini hanya makhluk belaka.10
Kemantapan iman dapat diperoleh dengan menanamkan kalimat tauhid La Ila Ha Illa Allah (tiada tuhan selain Allah) tiada yang dapat menolong, member nikmat kecuali Allah dan tiada yang dapat mendatangkan bencana, musibah kecuali Allah.
Al Maududi mengemukakan pengaruh kalimat tauhid dalam kehidupan manusia. 10


8           Mahmud Syaltut, Islam, “Aqidah wa Syari’ah, I. Dar Al-Qalam, Cairo, 1966, hlm.150
9.                Muhammad Al Gazali, Khuluk Al Muslim, Dar al-Bayan, Kuwait, 1970,hlm. 11
10               Al-Maududi, op-cit, hlm 98-104.
a.       Manusia yang percaya dengan kalimat tauhid tidak mungkin berpandangan sempit dan berakal pendek. Pandangannya menjadi luas, wawasan intelektualnya menjadi lebih terbuka, pendiriannya bebas seperti layaknya kekuasaan Allah SWT.
b.      Keimanan ini mengangkat manusia ke derajat yang paling tinggi dalam harkatnya sebagai manusia.  Ia tidak akan menundukkan kepalanya kepada makhluk ciptaan tuhan yang manapun atau bahkan menyembahnya.
c.       Selain rasa harga diri yang tinggi, keimanan juga mengalirkan rasa kesederhanaan dan kesahajaan.
d.      Keimanan membuat manusia menjadi suci dan benar.
e.       Tidak akan membuat putus asa atau patah hati pada keadaan yang bagaimanapun.
f.       Mempunyai jiwa kemauan yang keras, kesabaran yang tinggi dan percaya yang teguh kepada Allah SWT.
g.      Keimanan membuat keberanian dalam diri manusia. Ada dua hal yang membuat manusia menjadi pengecut; 1. Takut mati dan 2. Pemikiran yang menyatakan bahwa ada orang lain selain Allah yang dapat mencabut nyawanya.
h.      Dapat mengembangkan sikap cinta damai, dan keadilan menghalau rasa cemburu, iri hati, dan dengki.
i.        Yang paling penting adalah membuat manusia menjadi taat dan patuh kepada hukum-hukum Allah.

Allah SWT menjanjikan bagi orang-yang beriman dan teguh pada keimanannya dengan menghapuskan baginya rasa takut, sedih, serta diakhirat dia akan ditempatkan didalam surga sebagaimana firman-Nya dalam surat Fussilat ayat 30

30. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (QS.41.30)

2.      Hubungan Iman Dengan Amal
Hubungan antara iman dengan Islam (baca:amal) digambarkan oleh Abul ‘Ala Maududi sebagai berikut; the relation of Islam to iman is the same as of a tree to its seed. As a tree cannot spourt forth without its seed, in the same way it is not possible for a man, who has no belief to start with, to become a “muslim”. 11 (hubungan antara iman dengan Islam adalah laksana hubungan antara pohon dengan akarnya. Sebagaimana pohon tidak akan dapat tumbuh tanpa akarnya, demikian pula tidak mungkin seseorang dapat menjadi muslim tanpa mempunyai kepercayaan)
Sedangkan Muhammad Al Gazali dalam bukunya Aqidah al Muslim menjelaskan; iman dan Islam dalam pengertian syara’ mempunyai pengertian yang sama dan saling melazimi.  Hakikat Islam adalah melaksanakan segala ibadah yang wajib atau sunat, yakni pembenaran terhadap adanya tuhan dan menjalankan segala perintah-Nya. Dan hakikat Iman ialah ma’rifah yang benar dan menjalankan segala yang berhubungan dengannya. Oleh karena itu, makna yakin terkandung didalam Islam, dan  makna tunduk (patuh) terkandung dalam iman. Maka tidaklah dapat diterima Islam tanpa yakin sebagaimana tidak dapat diterima iman tanpa tunduk kepada Allah. 12. Dalam halaman lain dia mengatakan




11.         Maududi, op-cit, hlm. 23-24
12.         Muhammad al Gazali, Akidah Al-Muslim, Dar al –Bayan, Kuwait, 1970, hlm. 154.

صلة الايمان بالعمل كصلةالخلق والسلوك فإذا أمن الانسان بالله العظيم وايقن باليوم الأخر وصدق بما جاء به المرسلين دفعه ذلك. لا محا لة إلى استرضاء ربه والإستعداد للقائه والإستقا مه على صراطه.
Hubungan antara iman dengan amal adalah laksana hubungan anatara fisik dengan sifat. Maka jika seseorang mengaku beriman kepada Allah dan yakin akan adanya hari akhir serta membenarkan segala yang dibawa oleh para rasul, maka sudah seharusnya dia selalu meminta keridlaan tuhannya, menyiapkan diri (dengan berbuat amal saleh) untuk bertemu Dia dan selalu berada di jalan-Nya.
Didalam al qur’an kadang-kadang disebutkan bahwa iman itu tergambar dari amal atau tergambar dari sifat dan tingkah laku. Dan kadang-kadang Allah menyebutkan amal pada urutan pertama dan iman pada urutan kedua, sehingga dapat dikatakan amal merupakan syarat kebenaran iman seseorang dan atau iman menjadi syarat sahnya amal seseoarang. Firman Allah;
`
112. dan Barangsiapa mengerjakan amal-amal yang saleh dan ia dalam Keadaan beriman, Maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan haknya.
Masalah fundamental pertama bahwa Islam dan Iman adalah ekuivalen. Pada abad pertengahan Iman menunjuk kepada kepercayaan sedangkan Islam menunjuk pada tindakan lahiriah. Cara pemilahannya iman berarti percaya kepada Tuhan, Malaikat, Nabi, Hari Akhir dan Takdir. Sedangkan Islam adalah tindakan lahiriah yang terdiri dari pengucapan Syahadatain, Sholat, Zakat, Puasa dan Haji. Fazlur Rahman berpendapat bahwa pandangan tersebut adalah separoh benar. Tapai jika ‘reifikasi’ Islam berarti ‘eksternalisasi’ atau ‘konkretisasi’ iman dalam cara semacam itu sehingga keduanya terpisah bahkan secara konseptual dapat dilepaskan kaitannya antara satu dengan yang lain,  maka pandangan itu keliru. Sedangkan jika reifikasi berarti Islam sebagai ekspresi konkret dari iman dan komunitas muslim merupakan bentuk yang terorganisasi dari ekspresi tersebut, maka hal itu tentunya benar dan Al Qur’an mendukungnya.
Masalah fundamental kedua adalah Islam merupakan pengejawantahan lahiriah, konkret dan terorganisasi dari iman melalui sesuatu komunitas normative. Karena itu semua anggota masyarakat harus didasarkan pada iman dan cahayanya.  Iman dan Islam harus saling mengisi dan inilah makna persamaan keduanya. Seseorang mungkin saja memiliki sejenis iman tetapi iman tersebut bukanlah iman sejati dan sepenuhnya, kecuali jika diekspresikan secara Islami dan dijelmakan melalui suatu komunitas yang semestinya (komunitas muslim).

3.      Akhlaq yang Buruk Tanda Iman yang Lemah
Iman ialah mengetahui dan meyakini akan keesaan tuhan, ibadah berupa perwujudan iman. Bila hal ini terpisah dengan budipekerti (akhlaq) atau akhlaq itu sendiri terpisah dari bagia-bagian tersebut, pastilah akan merusak kemurnian jiwa manusia dan kehidupannya.
Menurut Mahmud Syaltut tidak diragukan lagi bahwa untuk mempergunkan dan menjalankan bagian aqidah dan ibadah perlu berpegang kuat dan tekun dalam mewujudkan bagian lain yang disebut dengan bagian akhlaq. Sejarah risalah ketuhanan dalam seluruh prosesnya telah membuktikan bahwa kebahagiaan disegenap lapangan hanya diperoleh dengan menempuh budi pekerti (berakhlaq mulia).13
Prof. Dr. T. M. Hasbi Ash Shiddieqy dalam buku al Islam mengatakan; kepercayaan dan budi pekerti dalam pandangan Al-Qur’an hampir dihukum satu, dihukum setaraf, sederajat. Lantaran demikianlah tuhan mencurahkan kehormatan kepada akhlaq dan membesarkan kedudukannya. Bahkan Allah memerintahkan seorang muslim memelihara akhlaqnya dengan kata-kata perintah yang pasti, terang dan jelas. 
13.         Syaltut, op-cit, hlm, 189.
Para muslim tidak dibenarkan sedikit juga menyia-nyiakan akhlaqnya, bahkan tak boleh memudah-mudahkannya.14
Hadis nabi;
اكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا :(رواه مسلم)
Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus  akhlaqnya. (HR. Muslim)
Muhammad al Gazali mengatakan iman yang kuat mewujudkan akhlaq yang baik dan mulia, sedang iman yang lemah mewujudkan akhlaq yang jahat dan buruk. 15
Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Iamn yang kuat melahirkan perangai yang mulia dan rusaknya akhlaq berpangkal dari lemahnya iman.
الحياء  والايمان قرناء جميعا فاذ رفع احد هما رفع الاخر .رواه الحاكم)
“Malu dan iman itu keduanya bergandengan, jika hilang salah satunya, maka hilang pula yang lain”. (HR. Hakim)
Dalam hadits lain dicontohkan
والله لايؤمن.والله لايؤمن. والله لايؤمن. قيل من يا رسول الله ؟ قال : الذى لا يأمن جاره بوائقه (رواه البخارى)
“Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman, seorang sahabat bertanya ; orang tetangganya tidak aman dari kelakuan buruknya”. (HR. Bukhari)

Hadits diatas memberikan penegasan pentingnya  berbuat baik terhadap tetangga juga memberikan pengertian bahwa Islam sangat menekankan kerukunan antar tetangga, karena yang demikian itu adalah cirri orang yang beriman.



14.         T. M. Hasbi Ash Shiddieqy, Al Islam I, Bulan Bintang, Jakarta, 1977, hlm 37
15.         Muhammad Al Gazali, Akidah, op-cit, hlm 17


TEMA POKOK RISALAH MUHAMMAD SAW

A.    Tujuan Risalah Muhammad SAW
Allah SWT mengutus Muhammad  SAW untuk membawa agama yang suci dan mulia dengan ajaran yang lengkap dan sempurna yang mampu membawa manusia ke puncak ketinggianmoral dan menghantarkan mereka kepada keselamatan lahir dan batin,serta menjamin terwujudnya kebahagian di dunia maupun di akhirat kelak. Dan kurang lebih 23 tahun Rasulullah SAW menyeru menuju jalan yang benar,Olehnya tujuan yang dimaksud, yaitu menyebarkan agama Islam dan menghimpun manusia untuk menganutnya bagi keselamatan dan kebahagiaan mereka.
Menurut ajaran Al Qur`an bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh tujuan risalah Muhammad atau misi Islam ialah membersihkan dan mensucikan jiwa dengan jalan mengenal Allah serta beribadah kepadaNya;dan mengokohkan hubungan antara manusia dengan menegakkannya diatas dasar kasih sayang, persamaan dan keadilan , hingga tercapailah kebahagiaan dan kedamaian dalam kehidupan manusia baik individu maupun sebagai anggota masyarakat.Allah SWT  dalam surah al-Jumu`ah ayat 2 berfirman:
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rosul diantara mereka yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka kitab dan hikmah.Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”.(QS.62:2).
Al Qur`an juga menjelaskan,di utusnya muhammad sebagai  rosul pembawa rahmat untuk seluruh alam.Karena itu,tujuan risalahnya adalah memberikan kebahagiaan,kedamaian umat manusia atau rahmat bagi alam semest.Firman Allah dalam surah Al-Anbiya, ayat 107:


“Dan tidaklah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (QS. 21:107)
Menurut sebuah riwayat, Rasulullah SAW pernah menyatakan bahwa beliau diutus sebagai rasul adalah untu menyempurnakan akhlak.Beliau bersabda:
انما بعثت لاتمم مكارم الخلاق ( رواه مالك )
“Sesungguhnya aku ini diutus hanyalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak”. (HR. Malik).
Dari pengertian ayat dan hadist diatas dapat dipahami bahwa risalah muhammad akan sampai pada tujuannya (memberi rahmat bagi umat manusia dan alam sekitarnya) mana kala ajaran yang dibawa oleh muhammad norma-norma yang menuntun agar orang berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk .
Kalau kita melihat sejarah sebelum diutusnya Muhammad sebagai rasul-yang umumnya diceritakan bagaimana bangsa arab sebelum arab-,dapat dilihat rusaknya kepercayaan dan kacaunya masyarakat dikala itu,mereka berbuat semaunya sesuai dengan keinginannya dan keberaniannya.
Zaman sebelum  Islam dinamai zaman Jahiliyah, zaman kebodohan. Kala itu orang belum mengenal mana yang halal dan mana yang haram, yang benar dan yang salah. Mereka hanya menurutkan kehendak hawa nafsunya dan adat istiadat yang di terima akal mereka. Memang mereka memiliki bahasa yang dapat melukiskan pikiran-pikiran besar,tetapi pada umunya kepercayaan dan akhlak mereka berada dalam kehancuran.
Masa itu mereka tidak memiliki pemerintahan. Setiap suku bangsa memproklamasi kekuasaannya mereka sendiri menjadi kerajaan yang berdiri sendiri.Hukum yang berlaku adalah hukum rimba. Perampasan, pembakaran dan pembunuhan orang-orang yang lemah yang tak bersalah merupakan pemandangan biasa.
Dr.Hasan Ibrahim Hasan dalam bukunya Tarikh al-Islam menyebutkan beberapa kebiasaan jahat bangsa Arab—meskipun katanya kebiasaan ini tidak merata diseluruh arab—ialah menanam anak perempuan yang masih hidup atau dilahirkan, karena takut hina dan `aib.Kebiasaan seperti ini pada khususnya terjadi pada bani Asad dan Tamim.Kebiasan bangsa Arab seperti ini juga dijelaskan didalam Al Qur`an, pada surah al-Anhl, ayat 58-59.
 “dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan kelahiran anak perempuan, hitamlah(merah padamlah)mukanya,dan dia sangat marah.Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak,disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya.apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya kedalam tanah(hidup-hidup)? Ketahuilah alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu”. (QS. 16:58-59).
Terhadap anak laki-laki mereka sangat kasih sayang, kecuali sebagian dari mereka, yakni orang yang fakir dan lemah membunuh anak laki-lakinya karena takut bertambah miskin. Allah telah melarang kebiasaan ini dengan firman-Nya pada surah al Isra`, ayat:
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberikan rezeki kepada mereka dan juga kepadamu.Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”. (QS. 17:31).
Dalam hal agama, mereka hampir semua menyembah berhala yang tersebar diseluruh jazirah arab.Dan ada sekitar 360 berhala yang ada di sekitar ka`bah.Diantara berhala-hala yang ada, ada 3 berhala yang paling utama,yaitu: Manah,Lata,dan Uzza.
Demikian gambaran singkat tentang rusaknya keyakinan dan tingkah bangsa Arab pada saat itu, kendati masih diakui adanya sifat-sifat mereka yang baik seperti rasa solidaritas yang kuat, sehingga mereka selalu membantu anggota kabilahnya dikala teraniaya.Dan pada dasarnya mereka masih mengakui bahwa sifat-sifat yang baik,seperti kejujuran,keadilan,murah hati,lapang dada dan sejenisnya. Hal ini terbukti dengan pemberian julukan Al-Amin kepada muhammad yang memiliki sifat-sifat tersebut.
Di tengah tengah keadaan bangsa Arab yang demikian itu, pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal/20 April 571 M.Lahirlah seorang putera dari suami isteri,Abdullah dan Aminah,yaitu muhammad yang akhirnya diutus oleh Allah sebagai rasul terakhir yang membawa sinar terang untuk menyelamatkan seluruh umat manusia.
Muhammad akhirnya membawa perubahan besar, mengubah dan memutar seluruh kehidupan bangsa manusia,segalanya itu berpangkal dan berdasar kepada ketinggian akhlak dan keutamaan budi pekerti.
Dengan akhlak Rasulullah memenuhi kewajiban dan menunaikan amanah,menyeru manusia kepada tauhid,mengajak kepada jalan yang lurus,menghadapi musuh dimedan perang,menghargai kepercaan dan keyakinan orang lain yang tidak sama dengan kepercayaannya dan keyakinannya,memimpin rakyat banyak dalam perjuangan mencapai cita-cita,di atas dasar akhlak Rasulullah membangun negara yang berdaulat dan merdeka,dan sterusnya yang segalanya itu menjadi cermin dan teladan bagi kita sekarang, sebagaimana dinyatakan oleh Allah pada surah al- Ahzab, ayat 21 :

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap(rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. 33:21).

B.     Islam Sebagai Sistem Nilai Yang Sempurna
Islam adalah agama wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya. Ia adalah satu-satunya agama yang diterima disisinya. Dari segi aqidah sebagai ajaran yang tetap utuh (mempunyai corak sama) tauhid sejak nabi Adam As hingga Muhammad SAW.
Namun dalam segi operasional seperti ibadah, syari’at di sesuaikan dengan kondisi local yang ada pada saat itu, ajaran yang bersifat operasional itu tidak sama antara generasi ke generasi.
Firman Allah
“ Tiap-tiap umat mempunyai rasul; Maka apabila telah datang Rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka[695] dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya. (QS. 10;47)
Ada tiga sebab  perlunya segera dating seorang rasul yang berfungsi universal;
a.       Ajaran rasul terdahulu itu belum sempurna, sehingga perlu adanya perbaikan dan penyempurnaan secara universal dan langgeng
b.      Ajaran rasul terdahulu banyak yang hilang/dihilangkan
c.       Rasul terdahulu diutus kepada bangsa/daerah tertentu, maka perlu ada rasul yang risalahnya untuk seluruh umat manusia
Muhammad Iqbal mengatakan : missi nabi Muhammad adalah final dan ajarannya lengkap serta universal untuk seluruh umat manusia dan ajarannya membawa kepuasan jiwa. 7
Dalam sebuah hadits
كان كل نبي يبعث فى قومه خاصة وبعثت إلى كل أحمر وأسود
“Setiap nabi diutus kepada bangsanya, sedang saya diutus baik kepada bangsa yang berkulit merah maupun hitam”
Alasan-alasan yang membuktikan keuniversalan risalah Nabi Muhammad ini, kata Sayyid Sabiq 8 adalah;
1.      Tidak dijumpai hal-hal yang sulit buat dipercayadan diamalkan.
2.      Hal-hal yang bersifat tidak terpengaruh/berubah seperti aqidah, ibadah diterangkan dengan sempurna.
3.      Semua ajaran yang terdapat didalamnya hanya bertujuan  menjaga kelestarian agama, jiwa, akal, keturunan maupun harta benda. Sesuai dan cocok dngan fitrah manusia. Dan layak untuk segala waktu dan tempat.

Sebagai agama terakhir dan sempurna, Islam mempunyai kelebihan dari agama-agama yang lain. Menurut Rasyid Ridha dapat diringkas sebagai berikut;
a.       Agama keseimbangan, dalam mengatur hak-hak rohani dan jasmani, kepentingan dunia-akhirat
b.      Tujuan Islam tercapainya kebahagiaan dunia dan akhiratdengan pembersihan jiwa melalui iman, amal saleh dan akhlak mulia
c.       Mempersatukan umat dengan cara saling mengenal, saling menyantuni dan bukannya berpecahan
d.      Islam itu mudah, ringan dan gampang,
e.       Islam melarang berlebih-lebihan dalam agama, memberantas ajaran-ajaran penyiksaan diri demi agama.
f.       Beban kewajiban dalam Islam terbagi jadi dua, “Azaim (kekat/kuat) dan Rukhos (longgar/enteng)
g.      Nas alqur’an dan petunjuk sunnah selalu memperhatikan tinggi rendah kemampuan manusia, baik akal maupun tingkat kemauannya
h.      Muamalah manusia hanya dilihat dari zahirnya, sedangkan urusan batin dan isi hati terserah kepada Allah semata
i.        Garis perjalanan ibadah semata-mata berdasar pada Sunnah Rasul. Dan tidak boleh mengatur sendiri dalam urusan beribadah.

Jika Islam sebagai system, maka akhlaq adalah sub sistemnya. Adapun sifat-sifat pokok dari nilai akhlaq adalah sebagai berikut;
a.       Akhlaq Rabbani
Akhlaq yang bersumber dari wahyu ilahi yang termaktub di dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Akhlaq Islam bukanlah moral situasional dan bukan pula moral relative.
b.      Akhlaq Manusiawi
Ajaran akhlaq dalam Islam sejalan dengan dan memenuhi tuntutan fitrah manusia.
c.       Akhlaq Universal
Disesuaikan dengan kemanusiaan yang universal dan mencakup segala aspek kehidupan.
d.      Akhlaq Keseimbangan
Akhlaq dalam Islam adalah tengah-tengah diantara yang manusia menghayalkan sebagai malaikat (segi kebaikannya) dan yang menghayalkannya sebagi hewan (keburukan). Islam memandang ada dua kekuatan dalam diri manusia,
1.      kekuatan baik pada hati nurani dan akalnya
2.      kekuatan buruk pada nafsunya
manusia memiliki dua unsure jasmani dan rohani yang masing-masing memerlukan dilayani kebutuhannya.
e.       Akhlaq Realistik
Ajaran akhlaq Islam memperhatikan kenyataan manusia. Sebagaimakhluk yang mulia juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Keadaan yang biasanya dilarang diberikan pengecualian bila dalam keadaaan terpaksa.




PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.         Iman mengandung tiga unsur, yaitu diikrakan dengan lidah, dipatrikan dalam hati dan dilaksanakan dengan anggota badan
2.         Islam adalah damai yang mengartikan bahwa seseorang akan mendapatkan kedamaian dalam jiwa dan raga ketika patuh dan taat kepada allah
3.         Seorang bisa memeluk agama Islam dengan baik harus mencakup tiga aspek yaitu iman, Islam, dan ihsan.
4.         Kedudukan iman dan Islam adalah saling mengisi hubungan antara iman dengan Islam adalah laksana hubungan antara pohon dengan akarnya. Sebagaimana pohon tidak akan dapat tumbuh tanpa akarnya, demikian pula tidak mungkin seseorang dapat menjadi muslim tanpa mempunyai kepercayaan
5.         Tujuan Risalah Nabi Muhammad SAW adalah membersihkan dan mensucikan jiwa dengan jalan mengenal Allah serta beribadah kepadaNya;dan mengokohkan hubungan antara manusia dengan menegakkannya diatas dasar kasih sayang, persamaan dan keadilan , hingga tercapailah kebahagiaan dan kedamaian dalam kehidupan manusia baik individu maupun sebagai anggota masyarakat

B.     Saran-Saran
1.         Sebagai suatu pembelajaran tentu kita harus lebih sering mengkaji hal yang kelihatan sepele ternyata mempunyai arti yang sangat mendalam tentang keimanan dan keislaman.
2.         Perlu ditingkatkan lagi pemahaman tentang iman dan Islam dalam lingkungan pendidikan sehingga generasi yang akan datang akan menjadi generasi yang beriman yang tahu iman. Generasi yang islami yang tahu apa dan maksud dari kata Islam tersebut.


[1] Asmaran, Pengantar Study Akhlaq, (Raja Grafindo, 1990), hal. 68
[2] Agus Hasan Bashori, LC,2001, Kitab Tauhid 2, Jakarta, Yayasan Al-Sofwa, hal. 2
[3] Drs. H. Masan AF, M.Pd. Aqidah Akhlak MTs Kelas VII, (PT. Karya Toha Putra, 2009) hal. 7
[4] Asmaran, Pengantar Study Akhlaq, (Raja Grafindo, 1990), hal. 78
[5] Humaidi Tatapangarsa, Kuliah Aqidah Lengkap, Bina Ilmu, Surabaya.1981. hal. 29
[6] Asmaran, Pengantar Study Akhlaq, (Raja Grafindo, 1990), hal. 81
[7] Drs. H. Masan AF, M.Pd. Aqidah Akhlak MTs Kelas VII, (PT. Karya Toha Putra, 2009) hal. 8
[8] Asmaran, Pengantar Study Akhlaq, (Raja Grafindo, 1990), hal. 91

Tidak ada komentar:

Posting Komentar